BANTUL, Joglo Jogja – Dalam beberapa waktu terakhir, Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Perindustrian dan Perdagangan (DKUKMPP) Kabupaten Bantul mencatat penurunan harga bawang merah yang cukup signifikan. Yang biasanya seharga Rp 28 ribu, kini menjadi Rp 20 ribu per kilogram.
Sub Koordinator Kelompok Substansi Pengendalian Barang Pokok dan Penting DKUKMPP Bantul, Zuhriyatun Nur Handayani menyebutkan, penurunan disebabkan lantaran setiap musim panen bawang merah, harga cenderung menurun. Hal ini telah berulang kali terjadi, selama panen raya bawang merah.
“Saat ini harga bawang merah fluktuasinya cukup signifikan. Beberapa waktu lalu, harga bawang merah sempat naik hingga Rp 40 ribu per kilogram. Terutama saat belum memasuki musim panen. Namun, ketika musimnya harga perlahan-lahan menurun,” ungkapnya.
Terjadinya penurunan harga ini memberikan dampak positif bagi konsumen, sebab bisa membeli bawang merah dengan harga lebih terjangkau. Namun, di sisi lain, petani perlu menyesuaikan strategi, dalam menghadapi fluktuasi harga selama siklus panen.
“Jadi, memang merupakan siklus tahunan, terlebih Bantul sendiri merupakan sektor penghasil bawang merah terbesar di Yogyakarta. Itu juga termasuk dari bagian dinamika pasar komoditas holtikultura,” imbuhnya.
Sementara itu, petani bawang dari Dusun Srunggo Dua, Sakiman Ahmad Thohari menyampaikan, penurunan harga bawang merah dimulai sejak Juli lalu. Ketika pasokan melimpah dari berbagai wilayah seperti Pati, Nganjuk, Brebes dan Bantul sendiri.
“Ini menyebabkan harga yang awalnya eceran sekitar Rp 28-30 ribu per kilogram, kini hanya Rp 10-12 ribu saja. Jadi, kerugiannya dapat dilihat dari pemilihan bibit seharga Rp 65 ribu per kilogramnya, sehingga tidak menutup biaya produksi,” terangnya.
Meski demikian, pihaknya memperkirakan dalam satu bulan ke depan, harga akan mengalami perbaikan. Harapan ini berkaitan dengan penanaman bawang merah pada Agustus, hanya di wilayah Bantul dan Kulon Progo.
“Harapannya pemerintah dapat memperhatikan sarana prasarana, mengingat petani menjadi lumbung negara. Termasuk dalam hal pengairan sawah karena di musim tanam Agustus ini bawang merah membutuhkan banyak pasokan air. Kami mau lari, mau nangis kemana tidak tahu lagi, karena ketika harganya anjlok seperti ini sudah tidak ada campur tangan lagi dari pemerintah,” tandasnya.
Sedangkan, salah satu penjual sayur di Pasar Kepek Timbulharjo, Parjinah mengungkapkkan, harga bawang merah telah menurun sekitar sebulan terakhir. Dengan demikian, penjualan bawang merah mengalami kenaikan.
“Sebelumnya dulu pernah naik tinggi banget sampai Rp 50 ribu, sedangkan sekarang satu kilonya hanya Rp 20 ribu. Kalau mau beli lima kilo harganya Rp 19 ribu per kilogramnya, karena biasanya dijual lagi. Jadi, kalau saya beli dari pengepul kadang satu bagor yang isinya 60-70 kg,” ujarnya.(cr11/sam)