Kreasikan Berbagai Varian Tiwul, Sri Sukses Menarik Perhatian Anak Muda

MERACIK: Sri saat sedang membuat lapisan adonan pada pembuatan tiwul di lapaknya, beberapa waktu lalu. (FADILA INTAN QUDSTIA/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Tiwul merupakan panganan tradisional khas Jawa sebagai pengganti nasi yang berbahan dasar ketela pohon atau singkong. Untuk menarik minat masyarakat pada jajanan ini, Sri (53) memiliki inovasi penyajian tiwul dengan beragam rasa. Ia menjelaskan, tiwul biasanya hanya dimakan bersama sayur. Namun sekarang masyarakat, terutama anak muda menyukai tiwul dengan berbagai macam isian.

Di kedainya yang berlokasi di Jalan Sampangan, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Sri menyediakan bebagai varian tiwul. Mulai dari rasa original gula aren, nangka, pisang, coklat, hingga keju.

“Kalau peminatnya kebanyakan yang beli anak-anak remaja sama orang tua juga ada. Ya Alhamdulillah ini ada kemajuan dalam penjualan,” ungkapnya, beberapa waktu lalu.

Sri menjelaskan, tiwul terbuat dari singkong yang dikeringkan, lau dibuat tepung. Dalam proses pembuatan tiwul isi, tepung singkong kemudian dicetak menggunakan cetakan bambu berbentuk kerucut. Lalu diisi secara berlapis mulai dari tiwul dan isiannya.

Baca juga:  Jual Puluhan Produk Lokal yang sedang Hype

“Seterusnya sampai penuh. Terus habis itu dikukus selama kurang lebih 10 menit,” terangnya.

Ide pembuatan tiwul ini ia temukan sendiri. Menurutnya, keberadaan tiwul di Kota Semarang sudah jarang. Padahal, di kampung halamannya, di Solo, tiwul masih banyak dikonsumsi sebagai makanan pokok pengganti nasi.

“Dulu waktu pandemi itu kan di rumah aja. Nah kita kan dari kampung suka makanan ini (tiwul). Makanya kita bikin usaha ini,” katanya.

Ia mengungkapkan, banyak pelanggan menyukai isian gula aren dan nangka. Di hari kerja, dagangannya justru lebih ramai pembeli. Mereka memesannya via aplikasi Gofood dan Shopeefood. Tiwul Ayu Tolorejo dibuka setiap hari dari pukul 08.00 sampai 17.00.

Baca juga:  Cuaca Panas, Es Doger Barakuda Laris Diserbu Pembeli
BERTABUR TOPPING: Tiwul rasa nangka dan keju yang sudah dipesan oleh pelanggan.

Satu porsi tiwul buatan Sri dijual dengan harga Rp 13 ribu hingga Rp 15 ribu. Dalam satu hari, ia bisa menjual 50-60 porsi dengan menghabiskan 10 kilo tepung singkong.

Selain itu, dia juga menjual intip ketan dengan harga Rp 10 ribu per porsinya, yang berisi 4 biji. Dalam satu tahun terakhir, Sri juga menjual nasi ayam, nasi sosis nugget, dan es jelly.

Nur Sugiarto, salah satu pembeli mengukapkan, dirinya baru pertama kali membeli tiwul di Semarang. Awal mula ia tahu ada yang menjualnya saat ia sedang melihat review di Instagram.

Baca juga:  20 Tahun Eksis, Jadi Soto Legendaris Kecintaan Mahasiswa Jogja

“Saya taunya dari review Instagram @semarangfoodgram kalau gak salah. Dan sebenarnya saya udah lama banget gak makan ini kayanya udah 10 tahun yang lalu sih,” ucapnya.

Ia menambahkan, di daerah asalnya yakni Purwodadi, dirinya sudah mulai jarang menemukan jajanan ini. Tiwul menjadi salah satu kenangannya semasa kecil.

“Toh di kampung saya udah jarang ada yang buat ini dan ya lumayan kangen juga kan. Soalnya ini juga makanan masa lalu saya dulu,” jelasnya.

Di kedai ini, Nur memesan tiga macam isian tiwul sekaligus. Di antaranya gula aren nangka, coklat, dan keju.

“Ini sebenarnya kebanyakan titipan dari anak-anak kantor juga yang juga pingin nyoba makanan masa lalu saya ini,” imbuhnya. (cr7/mg4)