SOTO merupakan salah satu menu yang digemari seluruh kalangan, tak terkecuali masyarakat Kota Yogyakarta. Makanan ini cocok untuk dinikmati saat sarapan maupun ketika istirahat makan siang.
Soto Lamongan menjadi menu sarapan enak dan mudah dijumpai di Kota Gudeg. Warung Soto Lamongan di Kota Yogyakarta yang sudah dikenal lezat dan melegenda adalah Soto Lamongan Cak Ngun. Terletak di Jalan Veteran, Pandeyan, Umbulharjo. Lebih tepatnya di sisi utara XT Square.
Soto Cak Ngun dikenal ramah dikantong alias murah. Nama Cak Ngun, diambil dari nama sang penjual, Mangun (58) yang merantau dari Lamongan ke Yogyakarta bersama sang istri Paijem (57) di tahun 1989 silam. Keduanya mengadu nasib dengan berjualan soto.
“Saya datang ke Yogyakarta untuk merintis jualan soto ini. Awalnya pakai gerobak kaki lima, bikin atap dari seng, sampai pindah tempat mangkal empat kali. Alhamdulillah sekarang sudah bisa menetap di warung ini,” terangnya, belum lama ini.
Keseharian Cak Ngun dan istri beserta anak kedua dan empat pegawainya tidak pernah lepas dari urusan soto. Sejak pukul 04.00 Subuh dirinya sudah sibuk meracik bumbu dan mempersiapkan dagangan untuk siap dinikmati pelanggan. Kedainya itu dibuka pukul 06.00 hingga 17.00.
“Paling ramai itu di jam sarapan sampai jam 12 siang. Selain itu biasa saja. Setelah tutup persiapan untuk belanja kebutuhan dagangan. Liburnya hanya Idul Fitri dan Iduladha saja, nanti kasihan pelanggannya kalau terlalu lama tutup,” kata Cak Ngun.

Penikmat Soto Cak Ngun tidak hanya orang Yogyakarta saja. Wisatawan luar kota hingga mancanegara turut memenuhi kedainya.
Meski sudah memiliki banyak pelanggan dan sering kali diminta untuk melayani pesanan partai besar, Cak Ngun mengaku belum pernah menerima tawaran itu. Ia memilih untuk berjualan di warung.
“Tidak menerima pesanan partai besar karena agar pelanggan yang di sini tetap terlayani. Jadi kalau ada pesanan partai besar ya orangnya yang ambil ke warung, tapi saya tidak bisa ikut ke sana. Kalau buka cabang memang nggak ada, biar saya fokus berproses di sini saja, nanti anak saya yang meneruskan. Sekarang sudah mulai belajar pelan-pelan buat ngurus,” ceritanya.
Cak Ngun juga mengatakan kalau berjualan soto sudah menjadi bagian yang melekat dengan dirinya. Selain memang untuk menafkahi keluarga, dengan berjualan soto itulah dirinya merasa bahagia karena bisa membuat orang senang dengan menikmati soto racikannya.
Menu yang ditawarkan warungnya terbilang sederhana. Tapi citarasanya kuat dan sangat kaya dengan berbagai bumbu. Seperti bawang putih, merica, ketumbar, dan kuahnya kuning segar, ditambah irisan dadu daging sapi yang empuk dan tebal, serta nasi putih.
Selain soto daging sapi, juga ada pilihan soto babat iso. Ada pula beberapa pilihan jajanan pendamping. Seperti sate telur puyuh, sate usus, sate ati, aneka kerupuk dan keripik, perkedel, dan yang paling cepat habis tempe garit.
Untuk menikmati satu mangkuk Soto Cak Ngun, pembeli hanya perlu merogoh kocek Rp 15 ribu saja, baik itu soto daging ataupun soto babat iso. Namun, kalau mau pisah nasi tinggal tambah Rp 3 ribu.
“Nah, untuk tempe garit Rp 1 ribu, sate ati dan usus Rp 2 ribu, sate telur puyuh Rp 3 ribu, aneka kerupuk dan keripik Rp 1 ribu sampai Rp 5 ribu,” demikian kata Cak Ngun. (bam/mg4)