Jepara  

Menilik Sejarah Makam Mbah Buyut Panggang

POTRET: Musholla Nurul Iman, letak makam Sayid Abu Bakar Al-Hadad atau Mbah Buyut Panggang, Jepara. (LIA BAROKATUS SOLIKAH/JOGLO JATENG)

JEPARA memiliki berbagai destinasi yang kerap dikunjungi, terutama untuk berwisata religi. Jika di Desa Mantingan, Kecamatan Tahunan terdapat Makam Ratu Kalinyamat dan Sultan Hadlirin, maka Kelurahan Panggang, Kecamatan Kota Jepara ada makam Sayid Abu Bakar Al-Hadad atau biasa disebut Mbah Buyut Panggang.

Berlokasi di Jl. Ki Mangunsarkoro, belakang Musholla Nurul Iman, letak makam tak jauh dari pusat kota. Tepatnya berada di samping kantor Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Jepara. Dari informasi yang didapatkan, makam ini setahun sekali diziarahi oleh Bupati Jepara sebelum digelarnya peringatan Hari Jadi Kota Jepara.

Selamat Idulfitri 2024

Ada berbagai macam cerita leluhur tentang nama Panggang. Ada yang menceritakan bahwa dulunya di kelurahan tersebut warganya banyak yang berprofesi sebagai pemanggang besi atau pande besi. Namun, ada cerita lain bahwa pada jaman kolonial dulu, tokoh sentral tersebut ditangkap Belanda lalu di hukum dengan dijemur di terik matahari dan tersiar kabar kalau tokoh ini dipanggang.

Baca juga:  Disparbud Jepara Ajukan Sejumlah OPK Jadi Warisan Budaya Tak Benda Nasional

Layaknya makam pada umumnya, makam Mbah Panggang dirawat dengan baik oleh pihak pengelola. Para peziarah yang ingin melakukan ritual ziarah dapat masuk ke area makam dengan nyaman. Makam tersebut berada di dalam ruangan yang cukup besar. Sehingga mampu menampung puluhan umat yang berziarah.

Makam ini dibuka selama 24 jam sehingga peziarah yang ingin berziarah bisa langsung masuk ke makam. Namun, setelah selesai diharapkan menutup pintu kembali.

Pintu masuk terletak di sebelah pintu Musholla Nurul Iman ditunjukkan dengan petunjuk arah jika ada kebutuhan khusus yang memerlukan pemandu atau juru kunci. Pada sisi kanan pintu terdapat kertas informasi yang bertuliskan nama juru kunci makam beserta nomor yang bisa dihubungi.

Baca juga:  PPP Jepara Godog Kandidat Calon Bupati, 10 Nama bakal Dievaluasi

Juru kunci makam Mbah Panggang Abdul Rohman menceritakan, cerita Mbah Panggang tersebut berangkat dari mulut ke mulut. Lantaran Mbah Panggang dianggap, keberadaannya tidak mau diketahui oleh khalayak umum. Sehingga tak banyak masyarakat yang mengetahui terkait sejarahnya.

Namun, kendati demikian, Abdul Rohman yang sudah menjadi juru kunci di makam Mbah Panggang selama sepuluh tahun lebih itu mengungkapkan bahwa Mbah Panggang merupakan sosok seorang ulama dari Timur Tengah yang merantau ke Jepara. Yakni untuk menyiarkan agama Islam sekaligus sebagai pejuang.

“Kisah Mbah Panggang memang banyak yang tidak mengetahui, karena memang pada dasarnya beliau ulama taat agama. Jadi tidak banyak di kenal,” ceritanya kepada Joglo Jateng, belum lama ini.

Baca juga:  Sebanyak 7.857 Kartini Jepara Nyeduh Kopi dan Pecahkan Rekor MURI, Begini Keseruannya

Ia juga menyampaikan, setiap malam Jumat Kliwon, masyarakat Desa Panggang rutin mengadakan tahlil dan yasinan di makam Mbah Panggang. Hal itu menjadi wujud syukur serta penghormatan kepada leluhur yang telah mendahului. Selain itu, diadakan haul massal setiap bulan Muharam.

“Seperti pada umumnya, setiap setahun sekali diadakan haul massal. Itu menjadi serangkaian sedekah bumi di Desa Panggang. Sebagai wujud mengormati,” tandasnya. (ara/adf)